1. Menaati Allah dan Rasul Nya
Dengan ketaatannya itulah sebagai aset terbesar baginya untuk meraih
ganjaran tertinggi sebagai buah dari ilmu dan iman-nya. Yaitu surga yang
pe-nuh dengan kenikmatan, dia kekal didalamnya se-lama-lamanya. Allah
Swt. berfirman:
(Hukum-hukum ter-sebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.
Barang-siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
me-masukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai,
sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (Qs.
An Nisaa’, 4: 13)
Firman Allah lagi: “Dan barangsiapa yang men-taati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sa-ma dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya.” (Qs. An Nisaa’, 4: 69)
Abu Hurairah ra ber-kata, Rasulullah Saw ber-sabda: “Semua ummatku
akan masuk surga kecuali yang enggan (tidak mau). Pa-ra sahabat
bertanya: Siapa-kah yang enggan itu wahai Rasulullah? Beliau men-jawab:
Barang siapa yang ta’at kepadaku (mengikuti Sunnahku), dialah yang akan
masuk surga, dan barang siapa yang mendurhakaiku, maka dialah yang yang
enggan masuk surga.” (HR Bukhari)
Maka demikian pula seorang wanita atau isteri, dia akan masuk surga
de-ngan menaati Allah dan Rasul-Nya dengan se-benar-benarnya.
2. Menaati Suami
Ketaatan kepada su-aminya merupakan pin-tu keselamatan baginya un-tuk
meraih kenikmatan yang kekal dan abadi di surga. Rasulullah Saw
bersabda:
“Jika seorang isteri itu telah menunaikan shalat lima waktu, dan
shaum (puasa) di bulan Ramadhan, dan men-jaga kemaluannya dari yang
haram serta taat kepada suaminya, maka akan di-persilakan: masuklah ke
surga dari pintu mana saja kamu suka.” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwasa-nya Asma datang kepada Nabi
dan berkata: Sesungguhnya aku adalah utusan dari kaum wanita Muslim,
semua mereka berkata dan berpendapat sebagaimana aku Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada laki-laki dan wanita, kami
telah beriman kepadamu dan mengikutimu, (namun) ka-mi kaum wanita merasa
dibatasi dan dibelenggu. Padahal kamilah yang menunggu rumah mereka,
tempat menyalurkan nafsu mereka, kamilah yang mengandung anak-anak
mereka, sedang mereka dilebihkan dengan sholat berjamaah, menyaksikan
jenazah dan berjihad di jalan Allah.
Dan apabila mereka ke luar berjihad, kamilah yang menjaga harta
me-reka dan kamilah yang me-melihara anak-anak me-reka, maka apakah kami
tidak mendapatkan bagian pahala mereka wahai Rasulullah? Maka
berpalinglah Rasulullah ke-pada para sahabatnya dan bertanya: Apakah
tadi ka-mu sudah mendengar pertanyaan sebaik itu dari seorang perempuan
tentang agamanya? Mereka menjawab: Ya, Demi Allah wahai Rasulullah,
kemu-dian beliau bersabda: Pergilah engkau wahai Asma dan beritahukanlah
kepada wanita-wanita yang mengutusmu bahwa layanan baik salah seorang
kamu kepada suaminya, meminta keridhaannya dan menuruti kemauannya
menyamai (pahala) amal-an laki-laki yang engkau sebutkan tadi. Maka Asma
pun pergi sambil bertahlil dan bertakbir karena gembiranya dengan apa
yang diucapkan Rasulullah ke-padanya. (Al Istii’aab, Ibnu ‘Abd al Bar)
Dari Ibnu Abbas ra ia berkata, wakil wanita ber-kata: “Wahai
Rasulullah, saya wakil dari kaum wanita untuk berjumpa denganmu.
Sesungguhnya jihad hanya diwajibkan atas kaum laki-laki saja, sekiranya
mereka menang mereka memperoleh pahala dan sekiranya mereka terbunuh,
maka mereka senantiasa hidup dan diberi rizki di sisi Rabb mereka.
Sedangkan kami golongan wanita menjalankan tugas (berkhidmat) untuk
mereka, maka adakah bagian kami dari yang tersebut? Maka Rasulullah
menjawab, Sam-paikanlah kepada siapa saja dari kaum wanita yang eng-kau
temui, bahwa taat kepada suami dan mengakui hak sua-mi adalah menyamai
yang demikian itu, dan amat sedikitlah di antara kamu yang mampu
melaksana-kannya.” (HR al Bazzar)
3. Melayani Suami
Sebagian isteri sangat taat kepada suaminya, tapi kurang pandai melayani
suami dengan sebaik-baik-nya. Maka jika taat kepada suami dan pandai
me-layaninya, hal itu merupa-kan kemuliaan tersendiri yang mengangkat
derajat-nya meraih keselamatan di dunia dan akhirat.
Ummu Salamah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Tiap-tiap isteri
yang mati diridhai oleh suaminya, maka ia akan masuk surga.” (HR.
at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dari Abdullah bin Abi Aufa ia berkata, Mu’adz di-utus ke Yaman atau
Syam dan dia melihat orang-orang Nashrani bersujud kepada
pembesar-pem-besar dan kepada pendeta-pendetanya. Maka beliau berkata
dalam hatinya sesungguhnya Rasulullah lebih layak untuk di-agungkan
(daripada me-reka). Maka tatkala ia datang kepada Rasulullah ia berkata:
Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku melihat orang-orang Nashrani
bersujud kepada pembesar-pembesar dan kepada pendeta-pendetanya, dan aku
berkata dalam hatiku sesungguhnya engkaulah yang lebih layak untuk
diagungkan (daripada mereka) lalu beliau bersabda: Andaikata aku boleh
memerintahkan seseorang bersujud kepada seseorang, maka sung-guh akan
kuperintahkan isteri bersujud kepada suami-nya dan seorang isteri belum
dikatakan menunaikan kewajibannya terhadap Allah sehingga menunaikan
kewajibannya terhadap suami seluruhnya, sehingga andai-kan (suaminya)
memerlu-kannya di atas kendaraan, sungguh ia tidak boleh menolaknya. (HR
Ahmad)
4. Menjaga Kehormatan Diri
Ciri keempat inilah yang merupakan kunci dari keshalihan seorang isteri
yang berada di bawah pengawasan suaminya yang shalih. Lelaki yang
memiliki isteri dengan ka-rakteristik seperti ini ber-arti telah
memiliki harta simpanan yang terbaik.
Dari Abu Umamah ra, dari Nabi Saw beliau ber-sabda: “Tidak ada yang
paling bermanfaat bagi se-orang (lelaki) Mukmin se-su-dah bertaqwa
kepada Allah daripada memiliki isteri yang shalihah, yaitu jika ia
di-perintah ia taat, jika ia dipan-dang menye-nangkan hati, dan jika ia
digilir ia tetap ber-buat baik, dan jika ia diting-galkan (suaminya) ia
tetap menjaga suaminya dalam hal dirinya dan harta suaminya.” (HR Ibnu
Majah)
Dari Ibn Abbas ra Rasulullah Saw bersabda: “Ada empat perkara siapa
yang memilikinya berarti mendapat kebaikan di dunia dan akhirat, yaitu
hati yang bersyukur, lisan yang selalu berzikir, tubuh yang bersabar
ketika ditimpa bala bencana (musibah) dan isteri yang ti-dak
menjerumuskan suami-nya dan merusakkan harta bendanya.” (HR Thabrani
dengan isnad Jayyid).
Wanita paling baik ada-lah wanita (isteri) yang apabila engkau
meman-dangnya menggembirakan-mu, apabila engkau menyu-ruhnya dia pun
menaati, dan apabila engkau pergi dia juga memelihara dirinya dan
menjaga hartamu. (HR Abu Dawud. Derajat hadits oleh al Hakim dinyatakan
shahih).
Semoga para akhwat mampu memiliki karakter tersebut sehingga
melayak-kannya mendapat pahala yang telah dijanjikan Allah Swt. Mereka
menjadi par-tner dalam perjuangan fi sabilillah, dan menjadi pendamping
setia dikala suka dan duka bersama suami yang dicintainya.
Amien Ya Rabbal Alamin.
Wallahu’alam…
http://hypnoticianaji.wordpress.com/category/agama-islam/