Mengapa mereka meninggalkan shalat … ?
Mungkin mereka terjangkiti “virus anti-shalat”. Virus ini ada 2 macam, virus kiri dan virus kanan.
Virus kiri sering menebarkan beberapa alasan yang menguatkan orang agar tetap tidak shalat, antara lain:
• Shalat itu nomor 2 (sambil gurau), dan yg nomor satu adalah Syahadat
• Yang penting hatinya
• Tidak shalat, tapi kan baik sama orang
• Shalat kalau sudah tua
• Shalat kalau sudah kaya
• Makan susah, rumah nggak ada, gimana mau ibadah … ?
• Saya kan bisa tutup dengan sedekah banyak, bantu anak yatim
• Kalau sudah bangun masjid, jaminan surga
• Tidak shalat, tapi kan haji berkali-kali
• Saya masih “kotor”, nggak pantes menghadap Tuhan
• Dosa saya sangat banyak, nggak akan diampuni
• Salahnya orangtua saya nggak mau mengajari shalat
Dewasa ini kian marak propaganda dan penyebaran aliran dalam gerakan islam yang mencoba untuk menghapus syari’at shalat. Penghapusan itu bisa parsial, bisa total, bisa dibelokkan menjadi ritual yang berbeda. Golongan yang kedua ini diistilahkan dengan penyakit virus kanan. Beberapa diantaranya :
• Wihdatul wujud (menyatunya Tuhan ke dalam diri seorang hamba)
• Syari’at shalat itu untuk orang awam, bagi yang telah mencapai tingkat hakekat tidak perlu menjalani syari’at orang awam
• Al-Qur’an kebenarannya mutlak, shalatlah hanya menurut dalil Al-Qur’an (hanya ruku’ dan sujud, rukun yang lain tidak perlu dijalankan)
• Shalat yang biasa itu rasanya kering, perlu dilakukan dengan gerakan tertentu, tambahan bacaan tertentu sekian kali, waktunya khusus
Virus kanan virulensi-nya (keganasannya) lebih mengerikan. Mengapa … ?
Kalau penyakit virus kiri, pelakunya sebenarnya tahu dan merasa bersalah. Suatu saat mereka akan mendapat hidayah dari Allah SWT, dan mereka akan bertaubat.
Sedangkan “infeksi’ virus kanan menyebabkan pelakunya merasa hebat dan berwibawa. Orang lain yang melihatnya akan silau, kagum dan sebisa mungkin mengikuti jejak orang hebat itu. Bila kepada mereka diberi peringatan, mereka berkata, “Ilmu kalian belum sampai, tingkatan kami sudah tinggi”. Padahal mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Renungkanlah hal ini wahai orang-orang yang ghuluw (berlebihan dalam beragama).
Rasulullah SAW sendiri tetap mengerjakan shalat sampai akhir hayatnya. Beliau tidak pernah meninggalkan ibadah yang mulia ini, menjaga shalat-shalat sunnahnya.
Shalat menjadi perkara penting yang diwariskan ketika beliau dijemput ajalnya.
Beliaulah orang yang paling tahu hakikat hidup, hakikat agama, dan hakikat penyembahan, tetapi beliau menjadi contoh terbaik dalam melaksanakan shalat.
Suatu kali nabi shalat malam begitu panjangnya, berdiri lama sekali hingga bengkak kakinya.
Dalam hadist Bukhari diriwayatkan, Aisyah r.a. istri terkasihnya berkata : “ Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukannya sampai seperti itu, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa engkau … ?”
Rasulullah pun menjawab : “Tidakkah aku termasuk orang-orang yang bersyukur … ?”
Rasulullah pun tetap shalat sebagai bentuk rasa syukurnya menjadi hamba yang maksum (dibebaskan dari dosa-dosa) …
Waallahu A’LAM
http://hypnoticianaji.wordpress.com/category/agama-islam/
0 comments:
Posting Komentar